15 December 2011

SEKDA KOTA CIREBON MENERIMA PENGHARGAAN KERANDA MAYAT

ANTARAJAWABARAT.com,9/12 - Sekertaris Daerah Kota Cirebon, Jawa Barat, Hasanudin Manaf menerima penghargaan berupa keranda mayat dari sejumlah mahasiswa pada peringatan hari anti korupsi di depan Balai Kota.

"Penghargaan tersebut merupakan simbol lemahnya pengawasan pimpinan daerah terhadap bawahannya karena mereka dengan leluasa melakukan tindakan melawan hukum dan menyengsarakan rakyat Cirebon dengan korupsi berjama'ah," kata Rangga salah seorang mahasiswa Unswagati yang tergabung dalam Perjuangan Pemuda Anti Korupsi saat melakukan unjuk rasa, Jumat
Ia menyebutkan, beberapa perusahaan BUMD terlibat korupsi secara bersama-sama untuk mencuri uang negara dan dinikmati oleh kelompok mereka sementara masyarakat miskin di Kota Cirebon terus bertambah akibat perbuatan para pejabat.

Dalam penyerahan penghargaan keranda mayat sempat terjadi keributan akibat salah satu oknum Polisi Pamong Praja Kota Cirebon menginjak-injak keranda mayat tersebut, namun kondisi kembali aman setelah terjadi keributan di depan balai kota.

Sementara itu Sekertaris Daerah Kota Cirebon Hasanudin Manaf yang menerima hadiah yang diberikan oleh mahasiswa tersebut, menuturkan sebenarnya mereka hanya ingin mengoreksi kinerja pemerintah Kota Cirebon.

"Kota Cirebon akan bebas korupsi jika kita semua aktif mencegah terjadi perbuatan melawan hukum tersebut, harapanya dengan adanya koreksi dari rekan mahasiswa menjadi pelajaran bagi pejabat untuk berhati-hati menjalankan tugas,"katanya.

Ia menambahkan, Kota Cirebon mendapatkan peringkat kota Korupsi harus kita sikapi dengan bijaksana dan berani mengubah supaya terhindar korupsi dan kembali bersih seperti sebelumnya, pihaknya akan terus menerima masukan positif dari semua unsur dengan tujuan bebas korupsi.

Kurnia salah seorang mahasiswa dari Unswagati Cirebon menuturkan, peringkat korupsi kota Cirebon jangan hanya menjadi kesempatan untuk berkilah jika pihak legislatif dan eksekutif memiliki niat memajukan Cirebon dan memberantas korupsi pasti bisa.

"Semua perbuatan korupsi di Kota Cirebon sudah terlihat oleh mata rakyat, pihak pemerintah jangan tutup mata mari kita bersihkan bersama-sama kejahatan korupsi karena berbahaya akan menyengsarakan masa depan generasi bangsa,"katanya.

Dikatakanya, penghargaan bagi pemimpin Kota Cirebon berupa keranda mayat merupakan simbol dan bukti nyata lemahnya pengawasan mereka sehingga korupsi terjadi di semua instansi terutama pelayanan masyarakat, sehingga rakyat semakin menderita.***4***
Enjang S

Sumber : http://www.antarajawabarat.com/lihat/berita/35212/sekda-kota-cirebon-menerima-penghargaan-keranda-mayat

12 September 2011

Pemudik di Sambut Spanduk Selamat Datang di Kota Terkorup

LEMAHWUNGKUK – Ada pemandangan lain di libur lebaran tahun ini. Sebuah spanduk putih sepanjang 8 meter bertuliskan ‘Selamat Datang Kota Terkorup se Indonesia’, terlihat di pertigaan Kalijaga. Seolah menyambut para pemudik yang tengah memadati jalur pantura di arus balik kembali ke ibu kota, dan pengguna jalan lainya.

Selain ucapan selamat, tertulis identitas lembaga yang memasang, yaitu Gerakan Mahasiswa Sosialis (Gemsos). Ketua DPK Gemsos Unswagati Kurniawan mengatakan, dipasangnya spanduk tersebut sebagai bentuk sindiran terhadap kondisi Kota Cirebon.

“Supaya masyarakat luas tahu bahwa saat ini kota Cirebon adalah kota ke dua terkorup se Indonesia menurut hasil Survey TII tahun 2010,” ujarnya, kemarin.

Setidaknya, kata dia, spanduk itu bisa menjadi perhatian publik, bahwa sampai saat ini masih banyak proses hukum pemberantasan korupsi di Kota Cirebon yang menggantung, satu diantaranya APBD Gate. Ini juga menjadi teguran bagi seluruh pemangku kebijakan di kota, baik pemerintah kota, pimpinan OPD, BUMD sampai ke penegak hukum. Kemudian spanduk dipasang di pertigaan Kalijaga, karena tempatnya dianggap paling strategis.

“Korupsi di kota Cirebon harus diberantas tuntas. Kejaksaan, kepolisian dan penegak hukum lainnya harus benar-benar konsisten dalam upaya supremasi hukum pemberantasan korupsi, tak peduli siapa yang diusut. Mau kepala daerah sekalipun, jika dia terbukti korup, ya harus diproses hukum,” paparnya dihubungi Radar Cirebon (grup JPNN) melalui sambungan telepon.

Ia mengharapkan semua pihak dapat merespon aksi ini dengan bijak, demi terbebasnya kota Cirebon dari para koruptor dan kroninya. “Mungkin kalau prestasi kota Cirebon baik dalam pemberantasan korupsi, kami akan menulis selamat datang di kota bersih dari korupsi,” terang Kurniawan.

Sementara Tori (38),w arga Karanganom Lemahwungkuk menduga pemasangan spanduk dilakukan malam hari, karena sehari sebelumnya tidak terlihat. “Saya sendiri baru lihat pagi tadi sekitar pukul 05.30 WIB,” kata abang becak yang biasa mangkal di pertigaan Kalijaga ini.

Sebagai warga Cirebon, ia menilai spanduk tersebut akan membawa dampak nama Kota Cirebon semakin jelek. “Sekalipun ia kota ini kota terkorup, tapi kalau sampai seperti itu kan jadinya tambah jelek,” ungkapnya kepada Radar dijumpai di lokasi tidak jauh dari pemasangan spanduk. (hen)

Sumber : http://www.jpnn.com/read/2011/09/06/102072/Pemudik-Disambut-Spanduk-Selamat-Datang-di-Kota-Terkorup-

10 August 2011

Download Lagu Darah Juang

Disini Negeri kami, tempat padi terhampar

Samuderanya.. kaya raya

Negeri kami subur Tuhan….

Di negeri permai ini

Berjuta rakyat bersimbah luka

Anak buruh tak sekolah

Pemuda desa tak kerja

Mereka dirampas haknya

Tergusur dan lapar

Bunda relakan darah juang kami

Tuk bebaskan rakyat

Padamu kami berjanji

Padamu kami berbakti

Download Klik Disini

22 January 2011

Statemen Wiem Mengherankan

KEJAKSAN– Aktivis Gerakan Mahasiswa Sosialis (Gemsos), Rangga Aji Juang, heran dengan pernyataan Dirut PDAM, Wiem Wilantara yang menganggap persoalan sudah selesai setelah memberikan jawaban kepada media atas kejanggalan laporan keuangan PDAM.
”Masih belum jelas, apanya yang sudah dianggap selesai? Karena hingga sekarang, direksi belum memberi penjelasan kepada masyarakat yang sebenarnya,” ujar dia kepada Radar, kemarin.
Masalah jual rugi masih untung, kata dia, sebaiknya direktur utama harus menjelaskan secara gamblang kepada publik, dalam hal ini pada pelanggan air minum. ”Persoalan tersebut, jangan ditutup-tutupi, tetapi sebaiknya dijelaskan saja supaya masyarakat tahu yang sebenarnya,” tegasnya.
Sementara itu, Aktivis Jaringan Masyarakat Sipil (Jams), Muhamad Rafi SE, juga mengkritik pernyataan direktur PDAM. Sebab menurutnya, apa yang disampaikan Wiem belum menjawab pertanyaan publik. Sehingga tidak bisa persoalan tersebut dianggap selesai. ”Selesai bagaimana? Pertanyaan publik belum terjawab, kok bisa dianggap sudah selesai?” tanya dia, berurutan.
Rafi berharap, direksi bisa lebih arif menyikapi persoalan yang saat ini mencuat di media massa. Sebab, persoalan tersebut akan terus menjadi polemik tanpa adanya penjelasan yang baik dari direksi PDAM. ”Sampaikan saja kepada masyarakat sebagai bentuk transparansi manajemen PDAM,” tandasnya.
Lalu bagaimana tanggapan dewan soal tantangan beberapa pihak agar para wakil rakyat itu membentuk panitia khusus (pansus) untuk membongkar kasus PDAM? Ketua DPRD, Nasrudin Azis mengaku belum berani memberikan komentar banyak soal PDAM. Terlebih dengan munculnya desakan agar dewan segera membentuk pansus. Azis beralasan, dirinya masih menunggu anggota dewan yang lain untuk membahas persoalan PDAM. ”Maaf masih belum bisa berkomentar tentang desakan pansus PDAM,” kata Azis.
Namun demikian, Azis tidak menampik jika pada perjalanannya dewan memben­tuk pansus PDAM untuk menyelesaikan persoalan yang selama ini menjadi polemik di tengah masyarakat. ”Kemungkinan itu sih tetap ada,” ujarnya.
Politisi Partai Demokrat ini bahkan berencana bertemu dengan komisi B untuk mencari tahu hasil pembahasan dengan PDAM. Dari hasil laporan komisi B ini, dirinya berharap ada hasil signifikan, apakah perlu membentuk pansus atau tidak.
WAWALI KRITIK MEKANISME PEMILIHAN DIRTEK
Belum selesai soal kejanggalan laporan keuangan, muncul lagi masalah baru. Ini terkait dengan mekanisme pemilihan direktur teknik yang diprediksi bakal menghamburkan biaya besar. Wakil Walikota H Sunaryo HW SIP MM angkat bicara soal mekanisme pemilihan direktur teknik yang menurutnya akan me­nghambur-hamburkan anggaran.
Seperti diketahui, masa jabatan Direktur Teknik PDAM, Sri Supanti akan berakhir Februari ini, dan sekarang direksi PDAM, Dewan Pengawas dan owner tengah mengkaji mekanisme pemilihan direktur teknik yang baru. ”DP sudah bertindak tepat dalam menyikapi situasi ini. Tapi sayang, di tingkatan implementasi masih lemah, bahkan masukan dari DP seperti tidak digubris direksi,” ujar Sunaryo di ruang kerjanya.
Kendati menyoroti kinerja direksi yang lemah dalam implementasi kritik dan masukan dari DP, namun Sunaryo enggan memberikan tanggapannya atas polemik yang melibatkan direksi PDAM dengan walikota, perihal penjelasan laporan keuangan PDAM yang diduga banyak mengandung kejanggalan.
Sunaryo lebih tertarik mengkritik mekanisme pemilihan direktur teknik yang di­­sebutnya pemborosan anggaran, tetapi efektivitasnya dipertanyakan. ”Lebih baik gunakan saja hak prerogatif walikota. Tunjuk orangnya yang kira-kira mam­pu bekerja. Daripada harus menggunakan mekanisme yang berbelit-belit dan melibatkan akademisi dari UGM, Undip, ataupun Unpad yang membutuhkan biaya besar,” katanya.
Menurutnya, penggunaan hak prerogatif walikota jauh lebih efektif untuk memilih direktur teknik. Oleh sebab itu, dirinya tidak setuju bila untuk memilih direktur teknik saja mesti menggunakan mekanisme yang berbelit-belit. Tapi kalaupun mekanisme tersebut digunakan, pihaknya akan menyetujui, asalkan yang diganti bukan hanya direktur teknik tetapi keseluruhan direksi.
Khusus mengenai pemilihan direksi, Sunaryo juga mengusulkan agar masa jabatan seluruh direksi diseragamkan. Sebab, direksi dalam pandangannya ada­lah sebuah tim, sehingga masa jabatannya pun mesti diangkat dan berhenti dalam periode yang sama. Tapi, yang terjadi saat ini adalah adanya perbedaan masa jabatan antara direktur utama, direktur umum, dengan direktur teknik. ”Keuangan saja sudah kolaps, mengapa untuk memilih direksi saja harus pakai mekanisme yang seperti itu? Kenapa tidak pakai cara yang jauh lebih efektif?” tanya dia.
Menurutnya, owner pasti sudah mengetahui siapa kandidat yang memiliki kompetensi untuk menjadi direktur teknik. Sehingga, mekanisme penyaringan sudah tidak diperlukan. (yud/abd)

Sumber : http://radarcirebon.com/2011/01/22/statemen-wiem-mengherankan/

04 January 2011

Mahasiswa Cirebon Gelar Aksi Unjuk Rasa

NURUDIN/"PRLM"
NURUDIN/"PRLM"
ALIANSI Pergerakan Mahasiswa Cirebon, Kamis (30/12) menggelar aksi unjuk rasa di Depan Balaikota dan Gedung DPRD Kota Cirebon. *

CIREBON (PRLM),- Aliansi Pergerakan Mahasiswa Cirebon, Kamis (30/12), menggelar aksi unjuk rasa di depan pintu masuk Balaikota dan halaman Gedung DPRD Kota Cirebon. Dalam aksi ini mahasiswa menutut agar Wali Kota dan Ketua DPRD Cirebon menemui mereka dan berdialog tentang berbagai kasus dan persoalan sepanjang tahun 2010. Namun, kedua pejabat itu tak juga kunjung datang sehingga membuat aksi semakin memanas.

Aliansi Pergerakan Mahasiswa Cirebon sendiri merupakan gabungan dari Gerakan Mahasiswa Sosialis (Gemsos), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), BEM Unswagati dan BEM seluruh Indonesia wilayah Cirebon (BEM SI), yang sejak pagi melakukan longmarch dari Kampus Unswagati menuju Balaikota dan Gedung DPRD Cirebon. Sepanjang perjalanan hingga sampai di halaman DPRD para mahasiswa terus melakukan yel-yel dan orasi secara bergantian.

Menurut Rangga, salah seorang pengunjuk rasa, disepanjang tahun 2010 banyak persoalan mengemuka dan masalah baru yang timbul di Kota Cirebon. Dibidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial budaya, tata ruang, transparansi publik dan berbagai persoalan lainnya.

“persoalan-persoalan ini semakin menghalangi akses masyarakat Kota Cirebon untuk mencapai hak dasar kesejahteraannya. Bahkan kesewenangan dan arogansi pemerintah Kota Cirebon semakin memperlihatkan bahwasampai saat ini tidak ada kehendak nyata untuk melakukan perbaikan,” ujarnya.

Sementara itu, aksi mulai mendingin setelah salah seorang anggota DPRD Kota Cirebon dari Komisi A, Dani Mardani SH MH menghampiri mahasiswa di halaman gedung DPRD. Namun akhirnya mahasiswa meminta agar dialog dilanjutkan didalam gedung. Kemudian dialog pun berlangsung lancar setelah tiga anggota DPRD, Dani Mardani, Edi Suripno dan Sumardi menemani mahasiswa dalam mencari solusi yang dituntut para mahasiswa. (din/A-120)***

sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/node/131032

Mahasiswa Kecewa Tak Bisa Bertemu Wali Kota

CIREBON, TRIBUN - Puluhan mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Pergerakan Mahasiswa Cirebon langsung kecewa saat permintaannya bertemu Wali Kota Subardi tidak terwujud. Padahal, mahasiswa sengaja datang ke Balai Kota pada Kamis (30/12) siang hanya ingin berdialog dengan orang nomor satu di Kota Cirebon itu.

Akibatnya, sempat terjadi sedikit ketegangan di antara mahasiswa. Apalagi, mereka hanya bisa menyampaikan aspirasinya di depan Balai Kota, dengan penjagaan ketat aparat.

Salah seorang mahasiswa, Rangga mengatakan, banyak hal yang harus dibicarakan dengan Wali Kota, terutama menyangkut kasus dan permasalahan yang terjadi pada 2010. Kebetulan, 2010 segera berakhir, dan diharapkan kasus dan permasalahan tersebut tak terjadi lagi pada 2011.

"Karena itu kami datang ke sini, ingin berdialog dengan Wali Kota," ujar Rangga, di sela-sela aksi di Depan Balai Kota.

Tak puas dengan aksi di Balai Kota yang tak mendapat respon, mahasiswa pun langsung merangsek ke halaman Gedung DPRD Kota Cirebon. Di depan Gedung Dewan itu, mahasiswa juga menyampaikan hal sama, ingin berdialog dengan Ketua DPRD terkait Kota Cirebon.

Namun sayang, Ketua DPRD tak ada di tempat, sehingga mahasiswa pun hanya bisa ditemui oleh anggota DPRD. Tiga anggota yakni Dani Mardani, Edi Suripno dan Sumardi yang menemui mahasiswa dan berdialog.

"Banyak sekali persoalan yang harus diselesaikan di Kota Cirebon. Persoalan-persoalan itu semakin menghalangi akses masyarakat untuk mencapai hak dasar kesejahteraannya. Bahkan kesewenangan dan arogansi pemerintah Kota Cirebon semakin memperlihatkan bahwa sampai saat ini tidak ada kehendak nyata untuk melakukan perbaikan," kata Rangga.

Dialog dengan anggota DPRD berlangsung tertib di dalam Gedung Dewan. Dialog berlangsung sekitar tiga jam. Setelah itu, mahasiswa langsung membubarkan diri.

Aliansi Pergerakan Mahasiswa Cirebon merupakan gabungan dari berbagai organisasi pergerakan mahasiswa, seperti Gerakan Mahasiswa Sosialis (Gemsos), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), BEM Unswagati dan BEM seluruh Indonesia wilayah Cirebon (BEM SI). Mereka mendatangi Balai Kota dan Gedung DPRD dengan cara berjalan kaki (long march) dari Jalan Pemuda menuju Jalan Siliwangi, atau sekitar 4 kilometer. (roh)

sumber : http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/37952/mahasiswa-kecewa-tak-bisa-bertemu-wali-kota